Sabtu, 30 Agustus 2014

Menerapkan Metode Simulasi dalam Pembelajaran


KATA PENGANTAR

Bismilaahirrrahmaanirrahiim…
            Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan pencipta alam yang telah menciptakan alam beserta isinya dengan beraneka ragam bentuk dan jenisnya serta telah menjadikan manusia sebagai mahluk Tuhan yang sempurna dan mulia dibandingkan dengan mahluk yang lainnya.
            Alhamdulillah, dengan rahmat Allah SWT, disertai usaha yang sungguh-sungguh, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “MENERAPKAN METODE SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN”. Walaupun penulis menyadari dalam karya ilmiah ini masih banyak sekali kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu yang penulis miliki.
            Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang mendukung tersusunnya karya tulis ini:
1.      Ust.H.M. Iqbal Santoso selaku Mudirul’am yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
2.      Ust.Drs. Saeful Hayat selaku Mudir Muallimin yang telah memeberikan nasihat-nasihat dan semangat kepada penulis.
3.      Kepada Biro karya ilmiah yang telah meng-ACC judul karya ilmiah penulis.
4.      Usth. Hajar Haryati, S.Pd selaku pembimbing karya ilmiah yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing penulis serta memberikan dorongan dan arahan kepada penulis, sehingga terselesaikan karya tulis ini.
5.      Usth. Iis Lathifah SE, selaku wali kelas XII IPS 2 yang tak pernah bosan memberikan dukungan, nasihat dan motivasi kepada penulis dan juga rekan-rekan seperjuangan.
6.      Kepada Asatidz dan Asatidzah atas segala yang tidak bisa penulis ucapkan saru persatu.
7.       Adik-adikku tercinta ‘Abdul ‘Alim dan Nabila Bilqis Mutiara yang selalu menjadi penyemangat dalam hidupku, Kedua orang tuaku, terkhusus untuk Mamah tersayang yang telah memberikan motivasi dan berjuang sekuat tenaga sehingga penulis masih bisa berdiri sampai saat ini.
8.      Kepada sahabat-sahabatku, Lailan Fadhillah, Nazma Rahayu, Arfa’a Wulanda Agnia dan Salma Anisa yang tak henti-hentinya memberikan motivasi dan arahan, dan juga teman-teman XII IPS 2 Agi, Alfie, Alya, Amal, Ambar, Asma, Dastry, Deska, Fathiya, Iko, Irna, Isna, Izzah, Kamila, Lia, Leha, Meti, Mia, Nicken, Nidar,  Nurul Zia, Rafa, Risma, Septi, Susi, Triana, Vena, Via, Zaki, Zia, yang telah menjadi motivasi bagi penulis dan memberikan arahan disetiap harinya.
Akhir kata penulis mengharapkan limpahan kasih sayang dan hidayah Allah SWT. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Garut, Januari 2013
Penulis



 


BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang Masalah                                                             
            Belajar adalah suatu hasil proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan . Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka proses belajar harus disertai dengan minat, yaitu keingin tahuan seseorang terhadap suatu objek. Sedangkan mengajar adalah suatu proses bimbingan kepada siswa dalam proses belajar mengajar.
            Berdasarkan hal diatas belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus untuk membimbing siswa sehingga memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.
Adapun tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan  nasional dalam UU sisdiknas No 20 tahun 2003, Pasal 3 bahwa “pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Proses belajar yang ideal adalah belajar secara menyenangkan, proses belajar mandiri membawa siswa ke dunia sendiri, dunia bermain tanpa tekanan, anak-anak belajar dengan efektif. (Gerbang 2003:26) Maka dari itu, guru dituntut untuk mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan benar, untuk itulah diperlukan suatu metode yang sesuai dengan keadaan siswa, metode adalah suatu cara agar mempermudah siswa dalam mencerna pembelajaran agar pembelajaran tersebut bisa efektif dan tujuan dari pembelajaran tersebut bisa tercapai. Sebagai mana tercantum dalam sebuah hadits yang berbunyi :
عن سعيد بن أبي بردة عن أبيه عن جدّه أنّ النّبيّ صلى الله عليه وسلم بعث معاذًا وأبا موسى إلى اليمن قال يسّرا ولا تعسّرا وبشّرا ولا تنفّرا وتطاوعا ولا تختلفا. متفق عليه
Artinya :
Dari Sa’idin bin Abi Burdah dari ayahnya dari kakeknya sesungguhnya Nabi SAW mengutus Mu’adzaan dan Abaa musa ke Yaman, dia berkata berkata mudahkanlah dan janganlah mempersulit, gembirakanlah dan janganlah membuat mereka lari dan berbuat baiklah dan janganlah menyalahi. (Muttafaqu ‘alaihi)
Di dalam teori-teori metode pembelajaran akan ditemukan langkah-langkah sesuai dengan metode yang ingin digunakan. Pasti ada kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing metode, untuk itulah seorang tenaga pendidik harus pandai-pandai dalam mengatasi kelemahan dari metode yang digunakan.
Kenyataannya bahwa yang terjadi di ruang-ruang kelas masih didominasi pembelajaran yang tradisional yaitu Teacher Learning Center. Secara tradisional, pembelajaran telah dianggap sebagai bagian “menirukan” suatu proses yang melibatkan pengulangan siswa, atau meniru-niru  informasi yang baru disajikan dalam laporan atau kuis dan tes, Seperti model ceramah. Transformasi ilmu yang satu arah dari guru ke perserta didik sehingga menjadikan siswa pasif, kurang kreatif, dan pembelajaran menjadi monotone sehingga membosankan bagi siswa.
Berdasarkan atas fenomena yang terjadi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik diharap mampu untuk menggunakan metode inovatif dalam peristiwa belajar mengajar, selain itu guru diharapkan mampu untuk berinovasi dalam merancang metode pembelajaran menyenangkan dan menjadi sebuah makna tersendiri yang selalu diingat oleh siswa.
Student Learning Center (SCL) tampaknya sedang menjadi buah bibir di Indonesia. Pembelajaran yang ideal SCL adalah pembelajaran yang membuat siswa aktif di dalam kelas. Proses pembelajaran ini berjalan dua arah, dari guru ke peserta didik, peserta didik ke guru, atau antar peserta didik. Guru dalam pemahaman pendidikan ini memegang peranan sebagi fasilitator, yang mendorong dan menerima otonomi siswa, belajar yang bukan hanya dari buku teks saja, menghargai pikiran siswa, dialog, pencarian, dan teka-teki sebagai pengarah pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, kita banyak mengenal berbagai macam metode pengajaran, salah satunya metode simulasi. Abdul Majid (2013:205) mengatakan bahwa:
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa yang lebih mengarah kepada psikomotor, maka penggunaan model pembelajaran simulasi akan sangat bermanfaat dan tepat.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk membahas karya ilmiah yang berjudul “MENERAPKAN METODE SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN”.
B.        Rumusan Masalah
Sebelum penulis memaparkan inti masalahnya, maka untuk lebih jelas dan terperinci, terlebih dahulu penulis akan merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian metode pembelajaran?
2.      Apa pengertian simulasi?
3.      Bagaimana cara menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran?
C.        Tujuan penulisan
            Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam karya ilmiah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran
2.      Untuk mengetahui pengertian simulasi
3.      Untuk mengetahui cara menerapkan metode simulasi dalam pembelajaran
D.        Metode dan Teknik Penulisan
            a.         Metode penulisan
Metode penulisannya menggunakan metode deskriptif. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitain deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, tarmasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama survey normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor yang melihat hubungan antara satu faktor denag faktor yang lain. Karenanya, metode deskriptif ini juga dinamakan studi status (status study).

            b.         Teknik Pengumpulan Data
Teknik penulisannya menggunakan teknik bibliografi, menurut Gorys Keraf (1997:213), daftar pustaka/ blbliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-ratikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan karangan yang tengah digarap.

E.        Sistematika Penulisan
            Untuk lebih mempermudah penulis dalam menyusun karangan ilmiah ini, maka penulis akan menyusun karya tulis ini sebagai berikut :
BAB I             : PENDAHULUAN, yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II            : LANDASAN TEORETIS, yang meliputi : Pengertian Strategi Pembelajaran, Pengertian Metode Pembelajaran, Pengertian Simulasi, Jenis-jenis Simulasi, Karakteristik Metode Simulasi, Kelemahan dan Kelebihan Metode Simulasi.
BAB III          : PEMBAHASAN MASALAH, yang meliputi : Cara Menerapkan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran dan Analisis Kritis Penerapan Metode Pembelajaran Simulasi.
BAB IV         : PENUTUP,  yang meliputi : simpulan dari karya tulis dan saran untuk pembaca.

BAB II
LANDASAN TEORETIS
A.        Pengertian Strategi Pembelajaran
1.      Makna Strategi
            Istilah strategi pada awalnya digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu  peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kekuasaan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Misalnya seorang menejer atau pimpinan perusahasaan yang menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu strategi dalam mencapai tujuannya, seorang pelatih tim basket akan menentukan suatu strategi yang dianggap tepat untuk memenangkan suatu pertandingan. Begitu juga seorang guru mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran akan menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang baik.
            “Istilah strategi (strategi) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, Strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan “ago” (memimpin). Sebagai kata kerja stratego berarti merencanakan (to plan).”
   Dalam kamus The American Herritage Dictionary (1976:1273) dalam (Majid, 2013:3) dikemukakan bahwa “Strategi is the science or art of ‘military command as applied to overall planning and conduct of large-scale combat operations.” (Strategi adalah ilmu atau seni komando militer yang diterapkan pada perencanaan keseluruhan dan pelaksanaan operasi tempur besar-besaran). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa “strategi adalah the art or skill of using stratagems (a military manuvre design to device or surprise an enemy) in politics, business, courtship, or the like.”(Pengembangan strategi Adalah seni atau keterampilan menggunakan siasat (desain manuvre militer ke perangkat atau mengejutkan musuh) dalam politik, bisnis, hubungan, atau sejenisnya.
            Semakin luasnya penerapan strategi, Mintzberg dan Waters  (1983) Dalam (Majid, 2013:3) mengemukakan bahwa “strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan  (strategies are realized as patterns in the stream of decisions or action).”
            Hardy, Langley, dkk dalam Sudjana (1986) dalam (Majid, 2013:3)  mengemukakan “strategi is perceived as a plan or a set of explisit intention preceeding and controling action (strategi dipahami sebagai rencana kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).”
            Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegaitan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.
2.         Makna Pembelajaran
            Secara sederahana, istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan”. Pembelajaran juga dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif dan menekankan pada penyediaan sumber belajar.
            Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian pembelajaran, diantaranya :
a.       pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dalam pendidikan (Corey, 1986);
b.      pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SPN No. 20 tahun 2003);
c.       pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Mohammad Surya);
d.      pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempegaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik);
e.       pembelajaran adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah (Gagne dan Brigga, 1979).
Pada prinsipnya, pembelajaran tidak hanya terbatas pada event-event yang dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua events yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
Sudirman (2005) dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar dalam (Majid, 2013:5) menyebutkan istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif. Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka mengantarkan peserta didik kearah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani.

Proses edukatif mempunyai ciri-ciri : a) ada tujuan yang ingin dicapai; b) ada pesan yang akan ditransfer; c) ada pelajar; d) ada guru; e) ada metode; f) ada situasi; g) ada penilaian.
Association for Educational Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional yaitu komponen pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
Pembelajaran adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau penguasaan sejumlah pembelajaran dari sisi guru sering kali ditukar makna dengan “teaching” (mengajar). Oleh karena itu, manakala ditemukan konsepsi “teaching”, maka konsepsi maknanya menjadi tidak berbeda; hal ini seperti diungkapkan oleh Nana Syaodih (2004) dalam (Majid, 2013:5) bahwa pengajaran (teaching) dan pembelajaran (instruction) secara konsep memiliki perbedaan, tetapi dalam tulisan ini dipandang sama.
Pada dasarnya pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan/ merangsang seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama, bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang - antara lain – dilakukan oleh guru dalam mengkondisikan seseorang  untuk belajar.
Paparan diatas mengilustrasikan bahwa belajar merupakan proses internal siswa, dan pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar. Dari segi guru, belajar merupakan akibat tindakan pembelajaran. Untuk lebih jelas mengenai pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Konsep
Sudut Pandang
Belajar (Learning)
Mengajar (Teaching)
Pembelajaran (instruction)
Peserta didik/Pembelajar
Pendidik/Pengajar
Interaksi antara peserta didik, pendidik, dan atau media/sumber belajar
3.      Makna Strategi Pembelajaran
Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran.  Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan strategi pembelajaran adalah terwujudnya efesiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik (perorangan, dan atau kelompok) serta peserta didik (peorangan, kelompok, dan atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi kegiatan adalah bahan/materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu program pendidikan.
Proses kegiatan adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas dan alat-alat bantu pembelajaran. Dengan demikian strategi pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, dan antar peserta didik dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan pembelajaran.
            Dalam hal ini, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berabgai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran.
Startegi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dalam pandangan falsafah atau teori belajar tertentu. (Majid, 2013:7 )  Berikut pendapat beberapa ahli berkaitan dengan pengertian strategi pembelajaran.
1.               Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.
2.               Kozma dalam Sanjaya (2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
3.               Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi, sikap, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalamann belajar kepada peserta didik.
4.               Dick dan Carey dalam Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa strategi pebelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegaitan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.
5.               Cropper dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikan.
6.               Wina Sanjaya (2006) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.
7.               J.R David (1976) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah a plan, method, or series of activities designes to achieves a particular educational gola (strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu).
8.               Moedjiono (1993) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya kostistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan siasat tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan metode dan  pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan startegi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar, semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
            Dalam hal ini startegi pembelajaran dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu ilmu, seni, dan/atau keterampilan yang digunakan pendidik dalam upaya membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan, memfasilitasi) peserta didik sehingga ia atau mereka melakukan kegiatan belajar. Pertama, ditunjau dari segi ilmu, strategi pembelajaran digunakan oleh pendidik dengan meningkatkan prinsip-prinsip, fungsi, dan asas ilmiah yang didukung oleh berbagai teori psikologi, khususnya psikologi pembelajarandan psikologi sosial, sosiologi, dan antropologi. Selain itu, pendidik terus mengembangkan sistem dan model-model operasional strategi pembelajaran melalui survei  dan eksperimen dengan dengan menggunakan teknik-teknik observsi, deskrtipsi, prediksi, dan pengendalian.
            Kedua, dari segi seni, pendidik dapat melakukan upaya peniruan, modifikasi, penyempurnakan, dan pengembangan alternatif model pembelajaran yang ada untuk penumbuhan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan situasi lingkungan. Ketiga, dari segi keterampilan, pendidik melaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode, teknik, dan media pembelajaran yang telah dikuasai secara profesional, sehingga kegiatan terlaksana secara tepat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.  Ketiga, aspek strategi pembelajaran tersebut saling melengkapi dan saling dan saling mendukung antara satu dengan lainnya (Sudjana, 2005:6) dalam (Majid, 2013:9).
B.        Pengertian Metode Pembelajaran
            Berikut ini adalah pengertian dan definisi metode menurut para ahli:
1.      Rothwel dan Kazanas
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2.      Titus
Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuan.
3.      Macquarie
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.
4.      Wiradi
Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis).
5.      Drs. Agus M. Hardjana
Adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. (http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.hml) [6 Oktober 2014, 2:19:58 AM]
            Metode meurut J.R David dalam theaching strategis for college class room (1976) dalam (Majid, 2013:21)  adalah “a way in achieving something” (cara untuk mencapai sesuatu). Untuk melaksanakan suatu strategi, digunakan seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi pembelajaran. Unsur seperti sumber belajar, kemampuan guru dan siswa, media pendidikan, materi pengajaran, organisasi, waktu tersedia, kondisi kelas, dan lingkungan merupakan unsur-unsur yang mendukung strategi pembelajaran. Dalam bahasa Arab, metode dikenal sebagai at-thariq (jalan - cara).
Metode pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar sehingga apa yang di sampaikan guru dapat dimengerti dan dipahami dengan baik dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat dalam proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya : 1) Ceramah; 2) demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium; 6) pengalaman lapangan; brainstorming; 8) debat; 9) simmpposium; dan sebagainya, untuk lebih jelasnya, berkaitan dengan strategi dan metode dilihat pada bagan di bawah ini.

Adapun perbedaan strategi dan metode pembelajaran adalah bahwa strategi mengajar bisa berarti rencana, cara dan upaya tertentu khususnya yang dibuat dan digunakan oleh guru untuk memandu, mengarahkan dan menunjukan jalan kepada peserta didiknya untuk merealisasikan seperangkat tujuan belajar mengajar/pembelajaran. Hal ini merujuk pada E. Stones dan S Morris yang menyebutkan bahwa “strategi mengajar adalah sebuah rencana umum untuk suatu pembelajaran yang meliputi struktur, perilaku peserta didik yang diharapkan berkenaan dengan tujuan pembelajaran, dan sebuah garis besar rencana taktik diperlukan untuk melaksanakan strategi tersebut”.
        Istilah strategi mengajar kadangkala dibandingkan dengan istilah metode mengajar. Setiap metode yang kita gunakan menunjukan suatu cara tertentu untuk menyajikan muatan/konten tertentu dari sebuah kurikulum mata ajar. Sebaliknya, strategi dipilih dan digunakan tidak hanya untuk penyajian yang efektif dari bahan ajar tertentu, melainkan untuk merealisasikan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dengan suatu metode. Berikut adalah perbedaan keduanya:
Metode Mengajar
Strategi Mengajar
Metode mengajar merupakan penyajian efektif dari muatan/konten tertentu suatu mata pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh peserta didik.
Strategi mengajar merupakan pengembangan lingkungan pembelajaran yang memadai/ sesuai yang mengarah untuk membantu siswa dalam merealisasikan seperangkat tujuan belajar mengajar.
Istilah metode  merupakan istilah yang relatif kuno dan dihubungkan dengan paedagogi.
Istilah strategi merupakan istilah yang relatif baru yang dimiliki ilmu kemiliteran dan teknologi pendidikan.
Sifat dari mata pelajaran menentukan pemilihan metode untuk melaksanakan tugas mengajar.
Sifat dari tujuan pembelajaran yang merupakan faktor dalam memutuskan pemilihan strategi mengajar yang sesuai/cocok.
Metode mengajar berdasarkan pada asumsi bahwa mengajar adalah suatu seni.
Strategi mengajar berasumsi bahwa mengajar adalah sebuah ilmu dan bersifat lebih teknik.
Efektifitas/keberhasilan metode mengajar dievaluasi dalam hal penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan tes prestasi.
Efektifitas strategi mengajar dievaluasi dalam hal realisasi tujuan yang ditetapkan menggunakan tes yang mengacu pada kriteria.
Penekanan metode pengajaran lebih pada langkah-langkah mengajar yang dilakukan untuk menyampaikan materi pelajaarn secara cepat.
Penempatan strategi mengajar pada kegiatan mengajaar untuk pengorganisasian lingkungan pembelajaran yang tepat.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode mengajar cenderung kaku dan baku. Pada umumnya, cukup sulit untuk membuat perubahan dalam gaya dan langkah-langkah yang ditunjukan oleh suatu metode untuk implementasi yang efektif, suatu metode mengajar bisa menggunakan teknik mengajar dan material penunjang.
Strategi mengajar cenderung fleksibel dalam penggunaannya. Strategi mengajar selalu dimungkinkan dimodifikasi demi kepentingan realisasi terbaik dari perangkat tujuan pada kondisi saat ini strategi mengajar lebih komperehensif  sebagaimana bisa digunakan bermacam metode, teknik, alat bantu, perlengkapan, taktik, dan sebagainya untuk mengorganisasikan kegiatan dan lingkungan belajar mengajar dengan cara yang efektif.

C.        Pengertian Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yaitu  berpura-pura atau berbuat seakan-akan dan juga simulation, yang berarti tiruan atau perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keteranpilan tertentu. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses suatu terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Dalam pembelajaran siswa akan dibina kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa di ajak untuk bermain peran beberapa prilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran.  Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat. Metode ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan fenomena sosial untuk menguji reaksi mereka, serta memperoleh konsep keterampilan membuat keputusan. (Majid 2013:205)
            Dalam simulasi yang didemonstrasikan harus memiliki pesan moral yang sesuai tingkatan cara berfikir siswa, sehingga pemahaman mereka terhadap kejadian yang diperagakan tidak terhalang oleh apresiasi dan imajinasi anak murid. Banyak kejadian masalalu yang dapat disimpulkan, diantaranya ketegaran dan keadilan Umar Bin Khatab dalam menetapkan suatu hukuman walaupun terhadap anaknya sendiri.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (2005) simulasi  adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya, simulasi penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atau pemeran.
Udin Syaefudin Sa’ud (2005: 129) simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Sri Anitah, W. DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
(http://lenterakecil.com/pengertian-metode-simulasi/)[‎‎4 Oktober 2014, 4:56:37 AM]
Model pembelajaran simulasi bertujuan untuk:
1.         Melatih keterampilan tertentu baik besifat profesional Maupun bagi kehidupan sehari-hari.
2.         Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
3.         Melatih memecahkan masalah
4.         Meningkatkan keaktifan belajar.
5.         Memberikan motivasi belajar kepada siswa.
6.         Melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dalam situasi kelompok.
7.         Menumbuhkan daya kreatif siswa.
8.         Mengembangkan sikap toleransi.
D.        Jenis-Jenis Simulasi
Metode simulasi terdiri dari beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut:
1.         Sosiodrama
Adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan denagan fenomena-fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.
            2.         Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran denagn bermain peran yang bertitik tolak dari permasalahan-permasalan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
            3.         Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi pristiwa-pristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Topik yang diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau keadaan gambaran yang mungkin muncul pada abad teknologi dan informasi.
            4.         Peer teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru. Selain itu Peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa yang lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
            5.         Simulasi game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturan yang ditentukan.
E.        Karakter  Model Pembelajaran Simulasi
Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009:441-144) dalam Udin (2001:66),  model ini memiliki tahap sebagai berikut:
a.         Struktur
Tahap I. Orientasi
1)         Menyajikan topik  luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi.
2)         Menjelaskan simulasi dan permainan.
3)         Menyajikan ikhtisar simulasi.
Tahap II. Latihan Partisipasi
1)         Membuat skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipillih, dan tujuan).
2)         Menugaskan peran.
3)         Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat.
Tahap III. Pelaksanaan simulasi
1)         Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan.
2)         Mendapatkan umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan).
3)         Menjelaskan kesalahan konsepsi
4)         Melanjutkan simulasi.
Tahap IV. Wawancara Partisipan (Satu atau Semua Aktivitas Berikutnya)
1)         Menyimpulkan kejadian dan persepsi.
2)         Menyimpulkan kesulitan dan pendangan-pandangan.
3)         Menganalisis proses.
4)         Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
5)         Menghubungkan aktivitas simulasi dengan  materi pembelajaran.
6)         Menilai dan kembali merancang simulasi.
b.         Sistem Sosial
            karena guru telah memilih aktivitas simulasi dan dengan cermat mengarahkan siswa pada aktivitas yang telah digambarkan, sistem sosial dalam simulasi sangat kental. Namun, dalam sistem yang terstruktur ini, lingkungan pembelajaran dengan interaksi kooperatif bisa, dan seharusnya, berkembang. Kesuksesan terakhir dalam simulasi, sebenarnya, juga ditentukan oleh kerja sama dan kemauan untuk berpatisipasi dalam diri siswa, dengan kerja sama, siswa bisa saling membagi gagasan, saling mengevaluasi antar teman sebaya, namun tidak dengan evaluasi guru. Sistem sosial ini seharusnya menyenangkan dan penuh kerja sama.
c.         Peran/Tugas Guru
            Peran guru tidak jauh berbeda dengan fasilitator. Selama proses simulasi, ia harus menekankan perilaku yang tidak evaluatif namun tetap supportif. Guru, disini bertugas untuk menyajikan, lalu memfasilitasi pemahaman dan penafsiran tentang aturan dalam aktivitas simulasi. Selain itu, untuk dapat membuat aktivitas semenarik mungkin dan mendapat perhatian serta fokus pada isu yang tidak relevan, guru harus langsung menghampiri kelompok yang memenangkan permainan.
d.         Sistem Pendukung
            Ada banyak sumber dalam hal ini. Misalkan saja, Social Science Education Consortium Data Book yang menyajikann lebih dari lima puluh simulasi yang cocok digunakan dalam studi sosial. Secara reguler, simulasi-simulasi di-review dalam jurnal Social Education. Banyak simulasi komputer telah dikembangkan pada tahun-tahun belakangan ini dan sangat mudah dipratikkan.
e.         Simulasi bisa menstimulasi pembelajaran mengenai (1) kompetisi; (2) kerja sama; (3) empati; (4) sistem sosial; (5) konsep; (6) skill; (7) kemanjuran; (8) menjalani hukuman; (9) peran kesempatan/peluang; (10) kemampuan untuk berfikir kritis (menguji strategi alternative dan mengantisipasi hal-hal lain) dan membuat keputusan (Nesbitt, 1971:35-53)
f.          Dampak Instruksional dan Pengiring
            Model simulasi, melalui aktivitas nyata dan diskusi di awal permainan, menuntun pada hasil-hasil akademik, seperti konsep dan skill; kerja sama dan persaingan; pemikiran kritis dan pembuat keputusan; pengetahuan sistem politik sosial, dan ekonomi; efektivitas; kesadaran terhadap masing-masing peran; dan menerima konsekuensi dari tindakan yang dilakukan. Joyce,Weil dan Calhoun (2009:443)
Dampak Instruksional dan Pengiring dari model ini  sebagaimana dikemukakan oleh Joyce dan Weil (1986) dalam Udin ( 2001: 69) dapat dilihat pada gambar:
Untuk kepentingan praktis, model tersebut dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut:
Kegiatan Pembelajar
Langkah Pokok
Pebelajar
· Sajikan berbagai topik
· Jelaskan prinsip simulasi
Orientasi
· Kenali topik
· Pahami prinsip
· Kemukakan prosedur umum
· Pahami prosedur
· Susunan scenario
· Atur para pemeran
Latihan Peran
· Pahami Skenario
· Pilih satu peran
· Coba peran secara singkat
· Latihan peran
· Pantau proses simulasi
Proses Simulasi
· Lakukan kegiatan skenario
· Kelola Proses Refleksi
· Adakan diskusi umpan balik
· Tanyakan hal yang tidak jelas
· Ulangi Diskusi
· Beri komentar
Pemantapan
· Adakan diskusi balikan
· Beri penguatan
· Kelola diskusi balikan
· Sadari manfaatnya
F.         Kelemahan dan Kelebihan Metode Simulasi
            Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)      Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia kerja.
2)      Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai topik yang disimulasikan.
3)      Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4)      Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5)      Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, diantaranya:
1)      Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
2)      Pengelolaan yang kurang baik, sering menjadikan simulasi sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3)      Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.

BAB III
PEMBAHASAN
Simulasi merupakan usaha untuk mengorganisasikan pengalaman afektif, kognitif, dan psikomotor anak. Simulasi merupakan alat untuk menggali potensi dan mengembangkan kreativitas, mempunyai pengaruh yang positif terhadap perkembangan anak, memiliki peran dalam segi emotif, kognitif, dan segi peran sosialisasi untuk mengembangkan konsep diri anak, dengan demikian, melalui simulasi guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang alamiah, yang dapat mendorong guru untuk mengamati perkembangan kognisi, emosi, sosial, dan perkembangan fisik anak.
Model pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris) atau proses.  Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu pebelajar mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Model pembelajaran ini diterapkan di dalam dunia pembelajaran dengan tujuan mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika. Pendekatan simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang dianggap kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan dengan menggunakan simulator.

A.        Penerapan Metode Pembelajaran Simulasi
                        Seperti yang pernah dijelaskan dalam bab dua dalam bagian struktur simulasi, bahwa penerapan model pembelajaran simulasi memiliki beberapa tahap yaitu:
Tahap I. Orientasi
1)         Menyajikan topik  luas mengenai simulasi dan konsep yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi.
2)         Menjelaskan simulasi dan permainan.
3)         Menyajikan ikhtisar simulasi.
Tahap II. Latihan Partisipasi
1)         Membuat skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipillih, dan tujuan).
2)         Menugaskan peran.
3)         Melaksanakan praktik dalam jangka waktu yang singkat.
Tahap III. Pelaksanaan simulasi
1)         Memimpin aktivitas permainan dan administrasi permainan.
2)         Mendapatkan umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan).
3)         Menjelaskan kesalahan konsepsi
4)         Melanjutkan simulasi.
Tahap IV. Wawancara Partisipan (Satu atau Semua Aktivitas Berikutnya)
1)         Menyimpulkan kejadian dan persepsi.
2)         Menyimpulkan kesulitan dan pendangan-pandangan.
3)         Menganalisis proses.
4)         Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
5)         Menghubungkan aktivitas simulasi dengan  materi pembelajaran.
6)         Menilai dan kembali merancang simulasi.
            Untuk merealisasikan tahapan-tahapan tersebut, maka para pengguna metode simulasi/pendidik bisa menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam kegiatan pembelajaran agar tersusun sesuai dengan rancangan, RPP itu sendiri adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara prakktis dapat disebut sebagai skenario pembelajaran, dengan demikian RPP merupakan pegangan bagi guru untuk menyiapkan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar dan pembelajaran. Sebagai contoh penerapan metode pembelajaran simulasi penulis menggunakan RPP sebagai gambaran dari kegiatan pembelajaran simulasi.
RENCANA PELAKSANAANAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah    
:
..............................        
Mata Pelajaran
:
Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
:
VIII (delapan)/ 1
Standar Kompetensi
:
Berbicara, Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan bermain peran
Kompetensi Dasar
:
Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa
Alokasi Waktu
:
2 X 40 menit ( 2 pertemuan )
1.   Indikator Pencapaian Kompetensi
a.       Mampu menentukan karakter tokoh dalam naskah yang telah ditulis siswa.
b.      Mampu memerankan tokoh sesuai karakter yang dituntut dengan lafal yang jelas dan  intonasi yang tepat.
2.    Materi Pembelajaran
a.       Bermain drama/Role Playing
b.      Daftar karakter – karakter yang ada dalam drama
c.       Memerankan tokoh masing-masing karakter
3.   Metode Pembelajaran
a.       Diskusi
b.      Simulasi
4.   Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
No.
Kegiatan
Guru
Kegiatan
Siswa
Alokasi Waktu
1
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Menjelaskan prinsip simulasi  melalui penulisan naskah drama satu babak.
      (bisa menggunakan media power point).
F Mengemukakan  gambaran teknis secara umum tentang proses / prosedur simulasi / penulisan naskah drama satu babak
 Menyampaikan langkah-langkah  penulisan naskah drama satu babak. (bisa menggunakan media power point).
F Menyusun skenario tentang aturan/langkah dalam bentuk keputusan, untuk mencapai tujuan


(1) Siswa menyimak apa yang disampaikan dan dijelaskan oleh guru.


(2) Siswa menyimak apa yang disampaikan dan dijelaskan oleh guru.





(3) Siswa menyusun skenario tentang aturan/langkah dalam bentuk keputusan, untuk mencapai tujuan bersama guru.


5 menit




5 menit







3 menit


3
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Fmenugaskan peserta didik untuk menulis drama satu babak secara mandiri.


(1)  siswa menulis drama satu babak secara mandiri.


27 menit
4
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Memantau Proses simulasi /penulisan naskah drama satu babak.
F Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap penulisan naskah drama satu babak.   
     Kelola proses simulasi dengan umpan balik dan evaluasi  penulisan naskah drama satu babak
F Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional
     Refleksi terhadap hal-hal yang tidak sesuai konsep/ prinsip penulisan naskah drama satu babak
F Memberikan  komentar tentang simulasi / penulisan naskah drama satu babak dan menganalisis proses


(1)  Siswa melakukan proses simulasi/ penulisan naskah drama satu babak
(2)   Siswa melakukan  umpan balik dan evaluasi dari penulisan naskah drama satu babak




(3)  Siswa memperoleh penjernihan dari hal-hal yang miskonsepsional.



(4)  Siswa memperoleh komentar dari guru tentang simulasi / penulisan naskah drama satu babak.


5 menit


5 menit







5 menit





5 menit
5
Pembentukan Sikap dan Perilaku
F Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata dan mengkaitkan dengan isi pelajaran
Memberi penguatan atas manfaat bersimulasi

(1)        Siswa mengetahui manfaat bersimulasi.

10 menit
6
Penilaian
F Tes tulis

(1)                  Siswa mengerjakan naskah drama satu babak secara mandiri.

10 menit




Pertemuan II


1.
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Menjelaskan prinsip simulasi melalui permainan drama
     Menjelaskan prinsip simulasi  melalui permainan drama, dengan poin pokok pembahasan: memerankan tokoh drama dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat. (menggunakan media power point dan video drama).

F Mengemukakan  gambaran teknis secara umum tentang proses / prosedur simulasi / permainan drama
     Menyampaikan langkah-langkah  permainan drama tentang memerankan tokoh drama dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat. (menggunakan media power point).
F Menyusun skenario tentang aturan/langkah dalam bentuk keputusan, untuk mencapai tujuan



(1)  Siswa menyimak apa yang disampaikan dan dijelaskan oleh guru.










(2)  Siswa menyimak apa yang disampaikan dan dijelaskan oleh guru.








(3)  Siswa menyusun skenario/ jalan cerita dari naskah drama pendek bersama guru.



5 menit












5 menit










3 menit
3
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Memfasilitasi peserta didik berkelompok untuk menentukan peran masing-masing
(ket: jumlah masing-masing kelompok ditentukan oleh tokoh yang terdapat dalam naskah drama pendek yang telah dipilih oleh guru)
F Memfasilitasi peserta didik membaca naskah drama
F Memfasilitasi peserta didik berlatih menghayati  karakter tokoh.
F Memfasilitasi  peserta didik mendiskusikan lafal yang jelas dan  intonasi yang tepat sesuai dengan watak dan emosi yang ada dalam  naskah

F Memfasilitasi  peserta didik memerankan tokoh yang sudah dipilih

F Memfasilitasi  peserta didik menilai kelompok lain sebagai bahan masukan untuk tampil dengan menuliskan tokoh yang menarik dan tidak menarik dalam setiap pementasan disertai alasan yang logis.
F Memfasilitasi  peserta didik dari kelompok lain melakukan pementasan.
F Memberikan penilaian tentang pemeranan tokoh



(1) siswa membentuk kelompok untuk menentukan peran masing-masing.





(2)   Siswa membaca naskah drama.
(3)   Siswa berlatih menghayati karakter tokoh.
(4)   Siswa berdiskusi tentang lafal yang jelas dan intonasi yang tepat sesuai dengan watak dan emosi yang ada dalam naskah bersama teman-teman sekelompoknya.
(5)   Siswa memerankan tokoh yang sudah dipilih sesuai naskah drama dalam  kelompoknya.
(6)   Siswa menilai kelompok lain sebagai bahan masukan.





(7)   Siswa dari kelompok lain melakukan pementasan.
(8)   Siswa memperoleh penilaian dari guru.



2 menit








3 menit

3 menit


2 menit






7,5 menit



2 menit







7,5 menit


3 menit
4
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Memantau Proses simulasi/ permainan drama tentang memerankan tokoh drama dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat.
F Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil pengamatan terhadap penampilan si pemeran.
     Kelola proses simulasi dengan umpan balik dan evaluasi pada penampilan pemeran
F Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional
Refleksi terhadap hal-hal yang tidak sesuai konsep/ prinsip permainan drama  tentang memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan ekspresi yang tepat
F Menyuruh peserta didik untuk melanjutkan permainan/simulasi
     Mengamati kelanjutan simulasi / permainan drama tentang memerankan tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang benar
F Memberikan  Komentar tentang simulasi/ permainan drama dan menganalisis proses
 -Mengenai kejadian atau persepsi yang timbul selama simulasi/ permainan drama tentang memerankan tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang benar
       -Mengenai kesulitan dan wawasan para pemeran  tentang naskah memerankan tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang benar



(1)   Siswa melakukan proses simulasi/permainan drama.


(2)  Siswa melakukan  umpan balik dan evaluasi dari penampilan si pemeran.




(3)   Siswa memperoleh penjernihan dari hal-hal yang miskonsepsional.







(4)   Siswa melanjutkan permainan/simulasi.






(5)   Siswa memperoleh komentar dari guru tentang simulasi/permainan yang telah dilakukan.



2 menit




3 menit







3 menit









7,5 menit







3,5  menit
5
Pembentukan Sikap dan Perilaku
F Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata dan mengkaitkan dengan isi pelajaran
Memberi penguatan atas manfaat bersimulasi


(1)   Siswa mengetahui manfaat bersimulasi dengan percaya diri, kreatif, berani, kerja keras, dan menghargai.


3 menit

6
Penilaian
F Daftar pertanyaan



F Tes simulasi

(1)   Siswa mengerjakan soal dari daftar pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
(2)   Siswa melakukan simulasi/permainan drama (ket: simulasi dilakukan pada kegiatan inti)

4 menit



4 menit
                                 


B.        Analisis Kritis Penerapan  Metode Pembelajaran Simulasi
Metode simulasi sebagai metode mengajar merupakan kegiatan untuk menirukan suatu perbuatan atau kegiatan. Peniruan tersebut hanyalah bersifat pura-pura, namun dapat memperjelas materi pelajaran yang besangkutan.  Agar simulasi terlaksana dengan lancar,maka kepada para siswa perlu diberi petunjuk tentang bagaimana prosedur yang akan dilakukan,dan bagaimana gambaran situasi yang diinginkan. Topik hendaknya disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan siswa. Penentuan topik dirundingkan oleh guru dan siswa. Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa.

BAB IV
PENUTUP
A.    Simpulan
Dengan berakhirnya pembahasan ini, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Metode pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar sehingga apa yang di sampaikan guru dapat dimengerti dan dipahami dengan baik dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat dalam proses pembelajaran berlangsung.
2.      Simulasi adalah satu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya, simulasi penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan memakai model statistik atau pemeran.
3.      Cara penerapan metode simulasi melewati beberapa tahap yaitu
Tahap pertama             : Orientasi
Tahap kedua                : Latihan Partisipasi
Tahap ketiga                : Pelaksanaan simulasi
Tahap keempat            :Wawancara Partisipan (Satu atau beberapa aktivitas berikutnya)
Tahap-tahap ini bisa direalisasikan melalui RPP



B.     Saran
Adapun penulis dengan ini menyarankan kepada pembaca untuk :
1.      Kepada para pendidik disarankan untuk menggunakan berbagai macam metode dalam pembelajaran serta mengetahui kelemahan dan kelebihan masing-masing dari metode tersebut, sehingga mampu membandingkan pembelajaran yang tepat bagi siswa tertentu, karena cara penyerapan belajar siswa yang cenderung berbeda-beda maka dari itu, ini merupakan strategi yang tepat untuk menumbuhkan minat peserta didik pada pembelajaran.
2.      Kepada para pendidik disarankan untuk menggunakan metode yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa, banyak model pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dipergunakan pembelajar untuk melakukan proses pembelajaran, namun untuk kegiatan pembelajaran dengan pokok bahasan lebih banyak kearah psikomotor, akan lebih baik menggunakan model pembelajaran simulasi ini.
3.      Kepada para pendidik disarankan untuk mengarahkan dan mengefektifkan waktu se-efesien mungkin, karena terkadang karena rasa malu dan ketidak seriusan anak dalam berperan menjadikan kegiatan pembelajaran kurang efektif sehingga menimbulkan pembelajaran tidak menyenangkan.


DAFTAR PUSTAKA
Gintings,Abdorrakhman. 2010. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Joyce,Weil,dkk. 2009. Models Of Teaching Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid,Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
https://andrenalin1991.wordpress.com/2010/11/07/perbedaan-daftar-pustaka-catatan-kaki-dan-kutipan.[9 September 2014, 5:55 PM]
http://lenterakecil.com/pengertian-metode-simulasi/.[‎‎4 Oktober 2014, 4:56:37 AM]
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar