KATA PENGANTAR
Bismilaahirrrahmaanirrahiim…
Segala
puji bagi Allah SWT, Tuhan pencipta alam yang telah menciptakan alam beserta
isinya dengan beraneka ragam bentuk dan jenisnya serta telah menjadikan manusia
sebagai mahluk Tuhan yang sempurna dan mulia dibandingkan dengan mahluk yang
lainnya.
Alhamdulillah,
dengan rahmat Allah SWT, disertai usaha yang sungguh-sungguh, penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “MENERAPKAN METODE SIMULASI DALAM
PEMBELAJARAN”. Walaupun penulis menyadari dalam karya ilmiah ini masih banyak
sekali kekurangan. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu yang penulis miliki.
Penulis
ucapkan terima kasih kepada pihak yang mendukung tersusunnya karya tulis ini:
1. Ust.H.M. Iqbal Santoso selaku Mudirul’am
yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
2. Ust.Drs. Saeful Hayat selaku Mudir
Muallimin yang telah memeberikan nasihat-nasihat dan semangat kepada penulis.
3. Kepada Biro karya ilmiah yang telah
meng-ACC judul karya ilmiah penulis.
4. Usth. Hajar Haryati, S.Pd selaku
pembimbing karya ilmiah yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing
penulis serta memberikan dorongan dan arahan kepada penulis, sehingga
terselesaikan karya tulis ini.
5. Usth. Iis Lathifah SE, selaku wali kelas
XII IPS 2 yang tak pernah bosan memberikan dukungan, nasihat dan motivasi
kepada penulis dan juga rekan-rekan seperjuangan.
6. Kepada Asatidz dan Asatidzah atas segala
yang tidak bisa penulis ucapkan saru persatu.
7. Adik-adikku
tercinta ‘Abdul ‘Alim dan Nabila Bilqis Mutiara yang selalu menjadi penyemangat
dalam hidupku, Kedua orang tuaku, terkhusus untuk Mamah tersayang yang telah
memberikan motivasi dan berjuang sekuat tenaga sehingga penulis masih bisa
berdiri sampai saat ini.
8. Kepada sahabat-sahabatku, Lailan
Fadhillah, Nazma Rahayu, Arfa’a Wulanda Agnia dan Salma Anisa yang tak
henti-hentinya memberikan motivasi dan arahan, dan juga teman-teman XII IPS 2 Agi,
Alfie, Alya, Amal, Ambar, Asma, Dastry, Deska, Fathiya, Iko, Irna, Isna,
Izzah, Kamila, Lia, Leha, Meti, Mia,
Nicken, Nidar, Nurul Zia, Rafa, Risma,
Septi, Susi, Triana, Vena, Via, Zaki, Zia, yang telah menjadi motivasi bagi
penulis dan memberikan arahan disetiap harinya.
Akhir kata penulis mengharapkan limpahan kasih sayang dan hidayah Allah
SWT. Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Garut, Januari 2013
|
Penulis
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Belajar adalah suatu hasil proses
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan . Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka proses belajar harus
disertai dengan minat, yaitu keingin tahuan seseorang terhadap suatu objek.
Sedangkan mengajar adalah suatu proses bimbingan kepada siswa dalam proses
belajar mengajar.
Berdasarkan
hal diatas belajar adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus untuk
membimbing siswa sehingga memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan.
Adapun tujuan pendidikan nasional adalah
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dirumuskan dalam tujuan
pendidikan nasional dalam UU sisdiknas
No 20 tahun 2003, Pasal 3 bahwa “pendidikan nasional mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Proses belajar yang ideal adalah belajar secara
menyenangkan, proses belajar mandiri membawa siswa ke dunia sendiri, dunia
bermain tanpa tekanan, anak-anak belajar dengan efektif. (Gerbang 2003:26) Maka
dari itu, guru dituntut untuk mampu
menyampaikan materi pelajaran dengan baik dan benar, untuk itulah diperlukan suatu metode yang sesuai dengan keadaan siswa, metode
adalah suatu cara agar mempermudah siswa dalam mencerna pembelajaran agar pembelajaran tersebut bisa efektif dan tujuan
dari pembelajaran tersebut bisa tercapai. Sebagai mana tercantum dalam sebuah hadits
yang berbunyi :
عن سعيد
بن أبي بردة عن أبيه عن جدّه أنّ النّبيّ صلى الله عليه وسلم بعث معاذًا وأبا موسى
إلى اليمن قال يسّرا ولا تعسّرا وبشّرا ولا تنفّرا وتطاوعا ولا تختلفا. متفق عليه
Artinya :
Dari Sa’idin bin Abi Burdah dari ayahnya dari
kakeknya sesungguhnya Nabi SAW mengutus Mu’adzaan dan Abaa musa ke Yaman, dia
berkata berkata mudahkanlah dan janganlah mempersulit, gembirakanlah dan
janganlah membuat mereka lari dan berbuat baiklah dan janganlah menyalahi.
(Muttafaqu ‘alaihi)
Di dalam teori-teori metode pembelajaran akan ditemukan
langkah-langkah sesuai dengan metode yang ingin digunakan. Pasti ada kelebihan
dan kekurangan dalam masing-masing metode, untuk itulah seorang tenaga pendidik
harus pandai-pandai dalam mengatasi kelemahan dari metode yang digunakan.
Kenyataannya bahwa yang terjadi di ruang-ruang
kelas masih didominasi pembelajaran yang tradisional yaitu Teacher Learning Center. Secara tradisional, pembelajaran telah
dianggap sebagai bagian “menirukan” suatu proses yang melibatkan pengulangan
siswa, atau meniru-niru informasi yang
baru disajikan dalam laporan atau kuis dan tes, Seperti model ceramah.
Transformasi ilmu yang satu arah dari guru ke perserta didik sehingga
menjadikan siswa pasif, kurang kreatif, dan pembelajaran menjadi monotone sehingga membosankan bagi
siswa.
Berdasarkan atas fenomena yang terjadi tersebut
dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik diharap mampu untuk menggunakan metode
inovatif dalam peristiwa belajar mengajar, selain itu guru diharapkan mampu
untuk berinovasi dalam merancang metode pembelajaran menyenangkan dan menjadi
sebuah makna tersendiri yang selalu diingat oleh siswa.
Student
Learning Center (SCL) tampaknya sedang menjadi buah bibir di
Indonesia. Pembelajaran yang ideal SCL adalah pembelajaran yang membuat siswa
aktif di dalam kelas. Proses pembelajaran ini berjalan dua arah, dari guru ke
peserta didik, peserta didik ke guru, atau antar peserta didik. Guru dalam
pemahaman pendidikan ini memegang peranan sebagi fasilitator, yang mendorong
dan menerima otonomi siswa, belajar yang bukan hanya dari buku teks saja,
menghargai pikiran siswa, dialog, pencarian, dan teka-teki sebagai pengarah
pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, kita banyak mengenal
berbagai macam metode pengajaran, salah satunya metode simulasi. Abdul Majid
(2013:205) mengatakan bahwa:
Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh
simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai
latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti.
Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa
yang lebih mengarah kepada psikomotor, maka penggunaan model pembelajaran
simulasi akan sangat bermanfaat dan tepat.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk
membahas karya ilmiah yang berjudul “MENERAPKAN
METODE SIMULASI DALAM PEMBELAJARAN”.
B. Rumusan Masalah
Sebelum penulis memaparkan inti masalahnya,
maka untuk lebih jelas dan terperinci, terlebih dahulu penulis akan merumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1.
Apa pengertian metode pembelajaran?
2.
Apa pengertian simulasi?
3.
Bagaimana cara menerapkan metode simulasi dalam
pembelajaran?
C. Tujuan penulisan
Adapun
yang menjadi tujuan penulis dalam karya ilmiah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengertian metode pembelajaran
2.
Untuk mengetahui pengertian simulasi
3.
Untuk mengetahui cara menerapkan metode simulasi
dalam pembelajaran
D. Metode dan Teknik Penulisan
a. Metode penulisan
Metode penulisannya menggunakan metode
deskriptif. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat. Penelitain deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat
serta situasi-situasi tertentu, tarmasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung
dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif, peneliti
bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu
studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi serta penelitian
terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma
tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode deskriptif ini dengan nama
survey normatif (normative survey). Dengan metode deskriptif ini juga
diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor yang melihat hubungan antara
satu faktor denag faktor yang lain. Karenanya, metode deskriptif ini juga
dinamakan studi status (status study).
(http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/05/penelitian-deskriptif-menurut-whitney.html).[9
September 2014, 4:42 PM]
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik penulisannya menggunakan teknik bibliografi,
menurut Gorys Keraf (1997:213), daftar pustaka/ blbliografi adalah sebuah
daftar yang berisi judul buku-buku, artikel-ratikel, dan bahan-bahan penerbitan
lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan atau sebagian dan
karangan yang tengah digarap.
(https://andrenalin1991.wordpress.com/2010/11/07/perbedaan-daftar-pustaka-catatan-kaki-dan-kutipan).[9
September 2014, 5:55 PM]
E. Sistematika Penulisan
Untuk
lebih mempermudah penulis dalam menyusun karangan ilmiah ini, maka penulis akan
menyusun karya tulis ini sebagai berikut :
BAB I :
PENDAHULUAN, yang meliputi : Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II :
LANDASAN
TEORETIS, yang meliputi : Pengertian Strategi Pembelajaran, Pengertian Metode
Pembelajaran, Pengertian Simulasi, Jenis-jenis Simulasi, Karakteristik Metode
Simulasi, Kelemahan dan Kelebihan Metode Simulasi.
BAB III : PEMBAHASAN
MASALAH, yang meliputi : Cara Menerapkan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran dan
Analisis Kritis Penerapan Metode Pembelajaran Simulasi.
BAB IV :
PENUTUP, yang meliputi : simpulan dari karya tulis dan
saran untuk pembaca.
BAB II
LANDASAN
TEORETIS
A. Pengertian Strategi Pembelajaran
1.
Makna Strategi
Istilah strategi pada awalnya
digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh
kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai
bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kekuasaan atau keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Misalnya seorang menejer atau pimpinan perusahasaan yang
menginginkan keuntungan dan kesuksesan yang besar akan menerapkan suatu
strategi dalam mencapai tujuannya, seorang pelatih tim basket akan menentukan
suatu strategi yang dianggap tepat untuk memenangkan suatu pertandingan. Begitu
juga seorang guru mengharapkan hasil baik dalam proses pembelajaran akan
menerapkan suatu strategi agar hasil belajar siswanya mendapat prestasi yang
baik.
“Istilah strategi (strategi)
berasal dari “kata benda” dan “kata kerja” dalam bahasa Yunani. Sebagai kata
benda, Strategos merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan
“ago” (memimpin). Sebagai kata kerja stratego berarti
merencanakan (to plan).”
Dalam kamus The American Herritage
Dictionary (1976:1273) dalam (Majid, 2013:3) dikemukakan
bahwa “Strategi is the science or art of ‘military command as applied to
overall planning and conduct of large-scale combat operations.” (Strategi adalah ilmu atau seni komando militer yang diterapkan pada perencanaan keseluruhan
dan pelaksanaan operasi
tempur besar-besaran). Selanjutnya
dikemukakan pula bahwa “strategi adalah the art or skill of using stratagems
(a military manuvre design to device or surprise an enemy) in politics,
business, courtship, or the like.”(Pengembangan strategi Adalah seni
atau keterampilan menggunakan siasat (desain
manuvre militer ke
perangkat atau mengejutkan
musuh) dalam politik, bisnis, hubungan, atau sejenisnya.
Semakin luasnya penerapan strategi,
Mintzberg dan Waters (1983) Dalam
(Majid, 2013:3) mengemukakan bahwa “strategi adalah pola umum tentang keputusan
atau tindakan (strategies are realized
as patterns in the stream of decisions or action).”
Hardy, Langley, dkk dalam Sudjana
(1986) dalam (Majid, 2013:3)
mengemukakan “strategi is perceived as a plan or a set of explisit
intention preceeding and controling action (strategi dipahami sebagai rencana
kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).”
Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
dapat dikemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan atau tindakan. Strategi mencakup
tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegaitan, isi kegiatan, proses
kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.
2.
Makna Pembelajaran
Secara sederahana, istilah
pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya “upaya untuk
membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort)
dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang
telah direncanakan”. Pembelajaran juga dapat pula dipandang sebagai kegiatan
guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara
aktif dan menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Beberapa ahli mengemukakan tentang
pengertian pembelajaran, diantaranya :
a.
pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan
subjek khusus dalam pendidikan (Corey, 1986);
b.
pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar (UU SPN No. 20 tahun 2003);
c.
pembelajaran
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya (Mohammad Surya);
d.
pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempegaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran (Oemar Hamalik);
e.
pembelajaran
adalah rangkaian peristiwa (events) yang mempengaruhi pembelajaran
sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah (Gagne dan Brigga,
1979).
Pada
prinsipnya, pembelajaran tidak hanya terbatas pada event-event yang
dilakukan oleh guru, tetapi mencakup semua events yang mempunyai
pengaruh langsung pada proses belajar yang meliputi kejadian-kejadian yang
diturunkan dari bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film,
slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
Sudirman (2005)
dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Mengajar dalam
(Majid, 2013:5) menyebutkan istilah pembelajaran dengan interaksi edukatif.
Menurut beliau, yang dianggap interaksi edukatif yang dilakukan secara sadar
dan mempunyai tujuan untuk mendidik dalam rangka mengantarkan peserta didik
kearah kedewasaannya. Pembelajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing
peserta didik di dalam kehidupannya, yakni membimbing dan mengembangkan diri
sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalani.
Proses edukatif
mempunyai ciri-ciri : a) ada tujuan yang ingin dicapai; b) ada pesan yang akan
ditransfer; c) ada pelajar; d) ada guru; e) ada metode; f) ada situasi; g) ada
penilaian.
Association for
Educational Communication and Technology (AECT) menegaskan bahwa pembelajaran (instructional) merupakan
bagian dari pendidikan. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang didalamnya
terdiri dari komponen-komponen sistem instruksional yaitu komponen pesan,
orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar atau lingkungan.
Pembelajaran
adalah suatu konsep dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang harus
direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan atau
penguasaan sejumlah pembelajaran dari sisi guru sering kali ditukar makna
dengan “teaching” (mengajar). Oleh karena itu, manakala ditemukan
konsepsi “teaching”, maka konsepsi maknanya menjadi tidak berbeda; hal
ini seperti diungkapkan oleh Nana Syaodih (2004) dalam (Majid, 2013:5) bahwa
pengajaran (teaching) dan pembelajaran (instruction) secara
konsep memiliki perbedaan, tetapi dalam tulisan ini dipandang sama.
Pada dasarnya
pembelajaran merupakan kegiatan terencana yang mengkondisikan/ merangsang
seseorang agar bisa belajar dengan baik agar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Oleh sebab itu kegiatan pembelajaran akan bermuara pada dua kegiatan pokok. Pertama,
bagaimana orang melakukan tindakan perubahan tingkah laku melalui kegiatan
belajar. Kedua, bagaimana orang melakukan tindakan penyampaian ilmu
pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Dengan demikian makna pembelajaran
merupakan kondisi eksternal kegiatan belajar yang - antara lain – dilakukan oleh
guru dalam mengkondisikan seseorang
untuk belajar.
Paparan diatas
mengilustrasikan bahwa belajar merupakan proses internal siswa, dan
pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar. Dari segi guru, belajar
merupakan akibat tindakan pembelajaran. Untuk lebih jelas mengenai pembelajaran
dapat dilihat pada tabel berikut.
Konsep
|
Sudut Pandang
|
Belajar
(Learning)
Mengajar
(Teaching)
Pembelajaran
(instruction)
|
Peserta
didik/Pembelajar
Pendidik/Pengajar
Interaksi
antara peserta didik, pendidik, dan atau media/sumber belajar
|
3.
Makna Strategi Pembelajaran
Strategi yang
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan strategi pembelajaran
adalah terwujudnya efesiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan
peserta didik. Pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran adalah pendidik
(perorangan, dan atau kelompok) serta peserta didik (peorangan, kelompok, dan
atau komunitas) yang berinteraksi edukatif antara satu dengan yang lainnya. Isi
kegiatan adalah bahan/materi belajar yang bersumber dari kurikulum suatu
program pendidikan.
Proses kegiatan
adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran. Sumber pendukung kegiatan pembelajaran mencakup fasilitas
dan alat-alat bantu pembelajaran. Dengan demikian strategi pembelajaran
mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber
belajar, pengelompokan peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara
pendidik dengan peserta didik, antar peserta didik, dan antar peserta didik
dengan lingkungannya, serta upaya pengukuran terhadap proses, hasil, dan/atau
dampak kegiatan pembelajaran.
Dalam hal ini, strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi merupakan usaha
untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berabgai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan
pembelajaran.
Startegi pembelajaran adalah
pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum
dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan
dalam pandangan falsafah atau teori belajar tertentu. (Majid, 2013:7 ) Berikut pendapat beberapa ahli berkaitan
dengan pengertian strategi pembelajaran.
1.
Kemp
(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.
2.
Kozma
dalam Sanjaya (2007) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan
fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu.
3.
Gerlach
dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang
dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran
tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran
dimaksud meliputi, sikap, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan pengalamann belajar kepada peserta didik.
4.
Dick
dan Carey dalam Sanjaya (2007) menjelaskan bahwa strategi pebelajaran terdiri
atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan
belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran tertentu. Menurut mereka strategi pembelajaran bukan hanya
terbatas pada prosedur atau tahapan kegaitan belajar saja, melainkan termasuk
juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik.
5.
Cropper
dalam Wiryawan dan Noorhadi (1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Ia menegaskan bahwa setiap tingkah laku
yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya
harus dapat dipraktikan.
6.
Wina
Sanjaya (2006) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.
7.
J.R
David (1976) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah a plan, method,
or series of activities designes to achieves a particular educational gola
(strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu).
8.
Moedjiono
(1993) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan guru untuk
memikirkan dan mengupayakan terjadinya kostistensi antara aspek-aspek dari
komponen pembentuk sistem pembelajaran, dimana untuk itu guru menggunakan
siasat tertentu.
Dari beberapa pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan
(rangkaian kegiatan) yang termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu
strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai pada
tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari
semua keputusan penyusunan startegi adalah pencapaian tujuan, sehingga
penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan
sumber belajar, semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Dalam hal ini startegi pembelajaran
dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu ilmu, seni, dan/atau keterampilan yang
digunakan pendidik dalam upaya membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan,
memfasilitasi) peserta didik sehingga ia atau mereka melakukan kegiatan
belajar. Pertama, ditunjau dari segi ilmu, strategi pembelajaran digunakan oleh
pendidik dengan meningkatkan prinsip-prinsip, fungsi, dan asas ilmiah yang
didukung oleh berbagai teori psikologi, khususnya psikologi pembelajarandan
psikologi sosial, sosiologi, dan antropologi. Selain itu, pendidik terus
mengembangkan sistem dan model-model operasional strategi pembelajaran melalui
survei dan eksperimen dengan dengan
menggunakan teknik-teknik observsi, deskrtipsi, prediksi, dan pengendalian.
Kedua,
dari segi seni, pendidik dapat melakukan upaya peniruan, modifikasi,
penyempurnakan, dan pengembangan alternatif model pembelajaran yang ada untuk
penumbuhan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan
situasi lingkungan. Ketiga, dari segi keterampilan, pendidik
melaksanakan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode, teknik, dan media
pembelajaran yang telah dikuasai secara profesional, sehingga kegiatan
terlaksana secara tepat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ketiga, aspek strategi pembelajaran tersebut
saling melengkapi dan saling dan saling mendukung antara satu dengan lainnya
(Sudjana, 2005:6) dalam (Majid, 2013:9).
B. Pengertian Metode Pembelajaran
Berikut
ini adalah pengertian dan definisi metode menurut para ahli:
1.
Rothwel
dan Kazanas
Metode
adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2.
Titus
Metode
adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan
bidang keilmuan.
3.
Macquarie
Metode adalah suatu cara
melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana tertentu.
4.
Wiradi
Metode adalah seperangkat
langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya
logis).
5.
Drs.
Agus M. Hardjana
Adalah cara
yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. (http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.hml) [6 Oktober 2014, 2:19:58 AM]
Metode meurut J.R David dalam theaching
strategis for college class room (1976) dalam (Majid, 2013:21) adalah “a way in achieving something”
(cara untuk mencapai sesuatu). Untuk melaksanakan suatu strategi, digunakan
seperangkat metode pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian maka metode
pengajaran menjadi salah satu unsur dalam strategi pembelajaran. Unsur seperti
sumber belajar, kemampuan guru dan siswa, media pendidikan, materi pengajaran,
organisasi, waktu tersedia, kondisi kelas, dan lingkungan merupakan unsur-unsur
yang mendukung strategi pembelajaran. Dalam bahasa Arab, metode dikenal sebagai
at-thariq (jalan - cara).
Metode pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk
mengkreasi lingkungan belajar sehingga apa yang di sampaikan guru dapat
dimengerti dan dipahami dengan baik dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan
siswa terlibat dalam proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan
melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa
metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat
divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan
dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran.Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya : 1) Ceramah; 2)
demonstrasi; 3) diskusi; 4) simulasi; 5) laboratorium; 6) pengalaman lapangan; brainstorming;
8) debat; 9) simmpposium; dan sebagainya, untuk lebih jelasnya, berkaitan
dengan strategi dan metode dilihat pada bagan di bawah ini.
Adapun perbedaan strategi dan metode pembelajaran adalah bahwa strategi
mengajar bisa berarti rencana, cara dan upaya tertentu khususnya yang dibuat
dan digunakan oleh guru untuk memandu, mengarahkan dan menunjukan jalan kepada
peserta didiknya untuk merealisasikan seperangkat tujuan belajar
mengajar/pembelajaran. Hal ini merujuk pada E. Stones dan S Morris yang
menyebutkan bahwa “strategi mengajar adalah sebuah rencana umum untuk suatu
pembelajaran yang meliputi struktur, perilaku peserta didik yang diharapkan
berkenaan dengan tujuan pembelajaran, dan sebuah garis besar rencana taktik
diperlukan untuk melaksanakan strategi tersebut”.
Istilah strategi mengajar kadangkala
dibandingkan dengan istilah metode mengajar. Setiap metode yang kita gunakan
menunjukan suatu cara tertentu untuk menyajikan muatan/konten tertentu dari
sebuah kurikulum mata ajar. Sebaliknya, strategi dipilih dan digunakan tidak
hanya untuk penyajian yang efektif dari bahan ajar tertentu, melainkan untuk
merealisasikan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dengan suatu metode.
Berikut adalah perbedaan keduanya:
Metode
Mengajar
|
Strategi
Mengajar
|
Metode mengajar merupakan penyajian efektif dari muatan/konten
tertentu suatu mata pelajaran sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh peserta didik.
|
Strategi mengajar merupakan pengembangan lingkungan pembelajaran
yang memadai/ sesuai yang mengarah untuk membantu siswa dalam merealisasikan
seperangkat tujuan belajar mengajar.
|
Istilah metode merupakan
istilah yang relatif kuno dan dihubungkan dengan paedagogi.
|
Istilah strategi merupakan istilah yang relatif baru yang
dimiliki ilmu kemiliteran dan teknologi pendidikan.
|
Sifat dari mata pelajaran menentukan pemilihan metode untuk
melaksanakan tugas mengajar.
|
Sifat dari tujuan pembelajaran yang merupakan faktor dalam
memutuskan pemilihan strategi mengajar yang sesuai/cocok.
|
Metode mengajar berdasarkan pada asumsi bahwa mengajar adalah
suatu seni.
|
Strategi mengajar berasumsi bahwa mengajar adalah sebuah ilmu dan
bersifat lebih teknik.
|
Efektifitas/keberhasilan metode mengajar dievaluasi dalam hal
penguasaan materi pelajaran dengan menggunakan tes prestasi.
|
Efektifitas strategi mengajar dievaluasi dalam hal realisasi
tujuan yang ditetapkan menggunakan tes yang mengacu pada kriteria.
|
Penekanan metode pengajaran lebih pada langkah-langkah mengajar
yang dilakukan untuk menyampaikan materi pelajaarn secara cepat.
|
Penempatan strategi mengajar pada kegiatan mengajaar untuk
pengorganisasian lingkungan pembelajaran yang tepat.
|
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode mengajar cenderung
kaku dan baku. Pada umumnya, cukup sulit untuk membuat perubahan dalam gaya
dan langkah-langkah yang ditunjukan oleh suatu metode untuk implementasi yang
efektif, suatu metode mengajar bisa menggunakan teknik mengajar dan material
penunjang.
|
Strategi mengajar cenderung fleksibel dalam penggunaannya.
Strategi mengajar selalu dimungkinkan dimodifikasi demi kepentingan realisasi
terbaik dari perangkat tujuan pada kondisi saat ini strategi mengajar lebih
komperehensif sebagaimana bisa
digunakan bermacam metode, teknik, alat bantu, perlengkapan, taktik, dan
sebagainya untuk mengorganisasikan kegiatan dan lingkungan belajar mengajar
dengan cara yang efektif.
|
C. Pengertian Simulasi
Simulasi
berasal dari kata simulate yaitu berpura-pura atau berbuat seakan-akan dan juga
simulation, yang berarti tiruan atau
perbuatan yang hanya berpura-pura saja. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat
diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keteranpilan tertentu. Gladi resik
merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses suatu
terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya
supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Dalam pembelajaran siswa akan dibina
kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kelompok. Disamping itu, dalam metode simulasi siswa di ajak untuk bermain
peran beberapa prilaku yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman
dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat
bermanfaat. Metode ini dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam
proses dan fenomena sosial untuk menguji reaksi mereka, serta memperoleh konsep
keterampilan membuat keputusan. (Majid 2013:205)
Dalam simulasi yang didemonstrasikan
harus memiliki pesan moral yang sesuai tingkatan cara berfikir siswa, sehingga
pemahaman mereka terhadap kejadian yang diperagakan tidak terhalang oleh
apresiasi dan imajinasi anak murid. Banyak kejadian masalalu yang dapat disimpulkan,
diantaranya ketegaran dan keadilan Umar Bin Khatab dalam menetapkan suatu
hukuman walaupun terhadap anaknya sendiri.
Menurut Pusat
Bahasa Depdiknas (2005) simulasi adalah satu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan
yang sesungguhnya, simulasi penggambaran suatu sistem atau proses dengan
peragaan memakai model statistik atau pemeran.
Udin Syaefudin
Sa’ud (2005: 129) simulasi adalah sebuah replikasi atau visualisasi dari
perilaku sebuah sistem, misalnya sebuah perencanaan pendidikan, yang berjalan
pada kurun waktu yang tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa simulasi itu adalah
sebuah model yang berisi seperangkat variabel yang menampilkan ciri utama dari
sistem kehidupan yang sebenarnya. Simulasi memungkinkan keputusan-keputusan
yang menentukan bagaimana ciri-ciri utama itu bisa dimodifikasi secara nyata.
Sri Anitah, W.
DKK (2007: 5.22) metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang
dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok. Proses pembelajaran yang
menggunakan metode simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan yang
sebenarnya, melainkan kegiatan mengajar yang bersifat pura-pura. Kegiatan
simulasi dapat dilakukan oleh siswa pada kelas tinggi di sekolah dasar.
(http://lenterakecil.com/pengertian-metode-simulasi/)[4 Oktober 2014, 4:56:37 AM]
Model
pembelajaran simulasi bertujuan untuk:
1. Melatih
keterampilan tertentu baik besifat profesional Maupun bagi kehidupan
sehari-hari.
2. Memperoleh pemahaman tentang suatu
konsep atau prinsip.
3. Melatih memecahkan masalah
4. Meningkatkan keaktifan belajar.
5. Memberikan motivasi belajar kepada
siswa.
6. Melatih siswa untuk mengadakan kerja
sama dalam situasi kelompok.
7. Menumbuhkan daya kreatif siswa.
8. Mengembangkan sikap toleransi.
D. Jenis-Jenis Simulasi
Metode simulasi
terdiri dari beberapa jenis, diantaranya sebagai berikut:
1. Sosiodrama
Adalah metode
pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
denagan fenomena-fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara
manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang
otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman
dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa
untuk memecahkannya.
2. Psikodrama
Psikodrama
adalah metode pembelajaran denagn bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi,
yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya,
menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang
dialaminya.
3. Role Playing
Role playing atau bermain
peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan
untuk mengkreasi pristiwa-pristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin
muncul pada masa mendatang. Topik yang diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu
partai atau keadaan gambaran yang mungkin muncul pada abad teknologi dan
informasi.
4. Peer teaching
Peer teaching merupakan
latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman calon guru.
Selain itu Peer teaching merupakan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa yang lainnya dan
salah satu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5. Simulasi game
Simulasi
game merupakan bermain peranan, para
siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan
mematuhi peraturan yang ditentukan.
E. Karakter Model Pembelajaran
Simulasi
Menurut
Joyce, Weil dan Calhoun (2009:441-144) dalam Udin (2001:66), model ini memiliki tahap sebagai berikut:
a. Struktur
Tahap I. Orientasi
1) Menyajikan
topik luas mengenai simulasi dan konsep
yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi.
2) Menjelaskan
simulasi dan permainan.
3) Menyajikan
ikhtisar simulasi.
Tahap II. Latihan Partisipasi
1) Membuat
skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipillih, dan
tujuan).
2) Menugaskan peran.
3) Melaksanakan
praktik dalam jangka waktu yang singkat.
Tahap III. Pelaksanaan simulasi
1) Memimpin
aktivitas permainan dan administrasi permainan.
2) Mendapatkan
umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan).
3) Menjelaskan
kesalahan konsepsi
4) Melanjutkan
simulasi.
Tahap IV. Wawancara Partisipan
(Satu atau Semua Aktivitas Berikutnya)
1) Menyimpulkan
kejadian dan persepsi.
2) Menyimpulkan
kesulitan dan pendangan-pandangan.
3) Menganalisis
proses.
4) Membandingkan
aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
5) Menghubungkan
aktivitas simulasi dengan materi pembelajaran.
6) Menilai
dan kembali merancang simulasi.
b. Sistem
Sosial
karena
guru telah memilih aktivitas simulasi dan dengan cermat mengarahkan siswa pada
aktivitas yang telah digambarkan, sistem sosial dalam simulasi sangat kental.
Namun, dalam sistem yang terstruktur ini, lingkungan pembelajaran dengan
interaksi kooperatif bisa, dan seharusnya, berkembang. Kesuksesan terakhir
dalam simulasi, sebenarnya, juga ditentukan oleh kerja sama dan kemauan untuk
berpatisipasi dalam diri siswa, dengan kerja sama, siswa bisa saling membagi
gagasan, saling mengevaluasi antar teman sebaya, namun tidak dengan evaluasi
guru. Sistem sosial ini seharusnya menyenangkan dan penuh kerja sama.
c. Peran/Tugas
Guru
Peran
guru tidak jauh berbeda dengan fasilitator. Selama proses simulasi, ia harus
menekankan perilaku yang tidak evaluatif namun tetap supportif. Guru, disini bertugas untuk menyajikan, lalu
memfasilitasi pemahaman dan penafsiran tentang aturan dalam aktivitas simulasi.
Selain itu, untuk dapat membuat aktivitas semenarik mungkin dan mendapat
perhatian serta fokus pada isu yang tidak relevan, guru harus langsung
menghampiri kelompok yang memenangkan permainan.
d. Sistem
Pendukung
Ada
banyak sumber dalam hal ini. Misalkan saja, Social Science Education
Consortium Data Book yang menyajikann lebih dari lima puluh simulasi yang
cocok digunakan dalam studi sosial. Secara reguler, simulasi-simulasi di-review
dalam jurnal Social Education. Banyak simulasi komputer telah
dikembangkan pada tahun-tahun belakangan ini dan sangat mudah dipratikkan.
e. Simulasi
bisa menstimulasi pembelajaran mengenai (1) kompetisi; (2) kerja sama; (3)
empati; (4) sistem sosial; (5) konsep; (6) skill; (7) kemanjuran; (8)
menjalani hukuman; (9) peran kesempatan/peluang; (10) kemampuan untuk berfikir
kritis (menguji strategi alternative dan mengantisipasi hal-hal lain)
dan membuat keputusan (Nesbitt, 1971:35-53)
f. Dampak
Instruksional dan Pengiring
Model
simulasi, melalui aktivitas nyata dan diskusi di awal permainan, menuntun pada
hasil-hasil akademik, seperti konsep dan skill; kerja sama dan persaingan;
pemikiran kritis dan pembuat keputusan; pengetahuan sistem politik sosial, dan
ekonomi; efektivitas; kesadaran terhadap masing-masing peran; dan menerima
konsekuensi dari tindakan yang dilakukan. Joyce,Weil dan Calhoun (2009:443)
Dampak
Instruksional dan Pengiring dari model ini sebagaimana dikemukakan oleh
Joyce dan Weil (1986) dalam Udin ( 2001: 69) dapat dilihat pada gambar:
Untuk
kepentingan praktis, model tersebut dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka
operasional sebagai berikut:
Kegiatan
Pembelajar
|
Langkah
Pokok
|
Pebelajar
|
·
Sajikan berbagai topik
· Jelaskan prinsip simulasi
|
Orientasi
|
· Kenali topik
· Pahami prinsip
|
· Kemukakan prosedur umum
|
· Pahami prosedur
|
|
· Susunan scenario
· Atur para pemeran
|
Latihan
Peran
|
· Pahami Skenario
· Pilih satu peran
|
· Coba peran secara singkat
|
· Latihan peran
|
|
· Pantau proses simulasi
|
Proses
Simulasi
|
· Lakukan kegiatan skenario
|
· Kelola Proses Refleksi
|
· Adakan diskusi umpan balik
· Tanyakan hal yang tidak
jelas
· Ulangi Diskusi
|
|
· Beri komentar
|
Pemantapan
|
· Adakan diskusi balikan
· Beri penguatan
|
· Kelola diskusi balikan
|
· Sadari manfaatnya
|
F. Kelemahan
dan Kelebihan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan
simulasi sebagai metode mengajar, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi
siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan
keluarga, masyarakat maupun menghadapi dunia kerja.
2)
Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa
karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai
topik yang disimulasikan.
3)
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya
diri siswa.
4)
Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5)
Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam
proses pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan, simulasi juga
mempunyai kelemahan, diantaranya:
1)
Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi
tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
2)
Pengelolaan yang kurang baik, sering menjadikan
simulasi sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3)
Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut
sering mempengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Simulasi
merupakan usaha untuk mengorganisasikan pengalaman afektif, kognitif, dan
psikomotor anak. Simulasi merupakan alat untuk menggali potensi dan
mengembangkan kreativitas, mempunyai pengaruh yang positif terhadap
perkembangan anak, memiliki peran dalam segi emotif, kognitif, dan segi peran
sosialisasi untuk mengembangkan konsep diri anak, dengan demikian, melalui
simulasi guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang alamiah, yang dapat
mendorong guru untuk mengamati perkembangan kognisi, emosi, sosial, dan
perkembangan fisik anak.
Model
pembelajaran simulasi merupakan model pembelajaran yang membuat suatu peniruan
terhadap sesuatu yang nyata, terhadap keadaan sekelilingnya (state of affaris)
atau proses. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu pebelajar
mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan sosial dan untuk menguji reaksi mereka,
serta untuk memperoleh konsep keterampilan pembuatan keputusan.
Model
pembelajaran ini diterapkan di dalam dunia pembelajaran dengan tujuan
mengaktifkan kemampuan yang dianalogikan dengan proses sibernetika. Pendekatan
simulasi dirancang agar mendekati kenyataan dimana gerakan yang dianggap
kompleks sengaja dikontrol, misalnya, dalam proses simulasi ini dilakukan
dengan menggunakan simulator.
A. Penerapan
Metode Pembelajaran Simulasi
Seperti
yang pernah dijelaskan dalam bab dua dalam bagian struktur simulasi, bahwa
penerapan model pembelajaran simulasi memiliki beberapa tahap yaitu:
Tahap I. Orientasi
1) Menyajikan
topik luas mengenai simulasi dan konsep
yang akan dipakai dalam aktivitas simulasi.
2) Menjelaskan
simulasi dan permainan.
3) Menyajikan
ikhtisar simulasi.
Tahap II. Latihan Partisipasi
1) Membuat
skenario (aturan, peran, prosedur, skor, tipe keputusan yang akan dipillih, dan
tujuan).
2) Menugaskan peran.
3) Melaksanakan
praktik dalam jangka waktu yang singkat.
Tahap III. Pelaksanaan simulasi
1) Memimpin
aktivitas permainan dan administrasi permainan.
2) Mendapatkan
umpan balik dan evaluasi (mengenai penampilan dan pengaruh keputusan).
3) Menjelaskan
kesalahan konsepsi
4) Melanjutkan
simulasi.
Tahap IV. Wawancara Partisipan
(Satu atau Semua Aktivitas Berikutnya)
1) Menyimpulkan
kejadian dan persepsi.
2) Menyimpulkan
kesulitan dan pendangan-pandangan.
3) Menganalisis
proses.
4) Membandingkan
aktivitas simulasi dengan dunia nyata.
5) Menghubungkan
aktivitas simulasi dengan materi pembelajaran.
6) Menilai
dan kembali merancang simulasi.
Untuk merealisasikan tahapan-tahapan
tersebut, maka para pengguna metode simulasi/pendidik bisa menggunakan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dalam kegiatan pembelajaran agar tersusun
sesuai dengan rancangan, RPP itu sendiri adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran secara prakktis dapat disebut sebagai skenario pembelajaran,
dengan demikian RPP merupakan pegangan bagi guru untuk menyiapkan,
menyelenggarakan, dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar dan pembelajaran.
Sebagai contoh penerapan metode pembelajaran simulasi penulis menggunakan RPP
sebagai gambaran dari kegiatan pembelajaran simulasi.
RENCANA PELAKSANAANAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama
Sekolah
|
:
|
..............................
|
Mata
Pelajaran
|
:
|
Bahasa
Indonesia
|
Kelas/Semester
|
:
|
VIII
(delapan)/ 1
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
Berbicara, Mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan
bermain peran
|
Kompetensi
Dasar
|
:
|
Bermain peran sesuai dengan naskah yang ditulis siswa
|
Alokasi Waktu
|
:
|
2 X 40
menit ( 2 pertemuan
)
|
1. Indikator Pencapaian Kompetensi
a. Mampu menentukan karakter tokoh dalam naskah
yang telah ditulis siswa.
b. Mampu memerankan tokoh sesuai karakter yang
dituntut dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat.
2. Materi Pembelajaran
a. Bermain drama/Role Playing
b.
Daftar
karakter – karakter yang ada dalam drama
c. Memerankan tokoh masing-masing karakter
3. Metode Pembelajaran
a. Diskusi
b. Simulasi
4. Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
No.
|
Kegiatan
Guru
|
Kegiatan
Siswa
|
Alokasi Waktu
|
1
|
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Menjelaskan prinsip simulasi melalui penulisan naskah drama satu babak.
(bisa menggunakan media
power point).
F Mengemukakan gambaran teknis secara umum
tentang proses / prosedur simulasi / penulisan naskah drama satu
babak
Menyampaikan
langkah-langkah penulisan naskah drama satu babak. (bisa menggunakan media
power point).
F Menyusun skenario tentang aturan/langkah dalam bentuk
keputusan, untuk mencapai tujuan
|
(1) Siswa menyimak apa yang
disampaikan dan dijelaskan oleh guru.
(2) Siswa menyimak apa yang
disampaikan dan dijelaskan oleh guru.
(3) Siswa menyusun skenario
tentang aturan/langkah dalam bentuk keputusan, untuk mencapai tujuan bersama
guru.
|
5
menit
5
menit
3
menit
|
3
|
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Fmenugaskan peserta didik untuk menulis drama satu
babak secara mandiri.
|
(1) siswa menulis drama satu babak secara mandiri.
|
27
menit
|
4
|
Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, guru:
F Memantau Proses simulasi /penulisan naskah drama
satu babak.
F Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil
pengamatan terhadap penulisan naskah drama satu babak.
Kelola
proses simulasi dengan umpan balik dan evaluasi penulisan naskah drama satu babak
F Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional
Refleksi
terhadap hal-hal yang tidak sesuai konsep/ prinsip penulisan naskah drama
satu babak
F Memberikan komentar tentang simulasi /
penulisan naskah drama satu babak dan menganalisis proses
|
(1) Siswa melakukan
proses simulasi/ penulisan naskah drama satu babak
(2) Siswa
melakukan umpan balik dan evaluasi dari penulisan naskah drama
satu babak
(3) Siswa memperoleh penjernihan dari hal-hal yang miskonsepsional.
(4) Siswa memperoleh
komentar dari guru tentang simulasi / penulisan naskah drama satu babak.
|
5
menit
5
menit
5
menit
5 menit
|
5
|
Pembentukan Sikap dan Perilaku
F Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata
dan mengkaitkan dengan isi pelajaran
Memberi penguatan atas manfaat bersimulasi
|
(1) Siswa mengetahui manfaat bersimulasi.
|
10
menit
|
6
|
Penilaian
F Tes tulis
|
(1) Siswa mengerjakan naskah drama
satu babak secara mandiri.
|
10
menit
|
Pertemuan II
1.
|
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Menjelaskan prinsip simulasi melalui permainan drama
Menjelaskan prinsip
simulasi melalui permainan drama, dengan poin pokok pembahasan: memerankan tokoh
drama dengan lafal yang
jelas dan intonasi yang tepat. (menggunakan media power point dan video drama).
F Mengemukakan gambaran teknis secara umum
tentang proses / prosedur simulasi / permainan drama
Menyampaikan
langkah-langkah permainan drama tentang memerankan
tokoh drama dengan lafal yang jelas dan intonasi yang
tepat. (menggunakan
media power point).
F Menyusun skenario tentang aturan/langkah dalam
bentuk keputusan, untuk mencapai tujuan
|
(1) Siswa
menyimak apa yang disampaikan dan dijelaskan oleh guru.
(2) Siswa menyimak apa yang disampaikan dan
dijelaskan oleh guru.
(3) Siswa menyusun
skenario/ jalan cerita dari naskah drama pendek bersama guru.
|
5
menit
5
menit
3
menit
|
3
|
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Memfasilitasi peserta didik berkelompok untuk
menentukan peran masing-masing
(ket: jumlah
masing-masing kelompok ditentukan oleh tokoh yang terdapat dalam naskah drama
pendek yang telah dipilih oleh guru)
F Memfasilitasi peserta
didik membaca naskah drama
F Memfasilitasi peserta didik berlatih
menghayati karakter tokoh.
F Memfasilitasi peserta didik
mendiskusikan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat sesuai dengan watak dan
emosi yang ada dalam naskah
F Memfasilitasi peserta
didik memerankan tokoh yang sudah dipilih
F Memfasilitasi peserta didik menilai
kelompok lain sebagai bahan masukan untuk tampil dengan menuliskan tokoh yang
menarik dan tidak menarik dalam setiap pementasan disertai alasan yang logis.
F Memfasilitasi peserta didik dari kelompok
lain melakukan pementasan.
F Memberikan penilaian tentang
pemeranan tokoh
|
(1) siswa membentuk kelompok untuk menentukan peran
masing-masing.
(2) Siswa membaca naskah drama.
(3) Siswa berlatih menghayati karakter
tokoh.
(4) Siswa berdiskusi tentang lafal yang
jelas dan intonasi yang tepat sesuai dengan watak dan emosi yang ada dalam
naskah bersama teman-teman sekelompoknya.
(5) Siswa memerankan tokoh yang sudah
dipilih sesuai naskah drama dalam kelompoknya.
(6) Siswa menilai kelompok lain sebagai
bahan masukan.
(7) Siswa dari kelompok lain melakukan
pementasan.
(8) Siswa memperoleh penilaian dari guru.
|
2
menit
3
menit
3
menit
2
menit
7,5
menit
2
menit
7,5
menit
3
menit
|
4
|
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Memantau Proses simulasi/ permainan drama tentang memerankan
tokoh drama dengan lafal yang jelas dan intonasi yang tepat.
F Memperoleh umpan balik dan evaluasi dari hasil
pengamatan terhadap penampilan si pemeran.
Kelola proses simulasi
dengan umpan balik dan evaluasi pada penampilan pemeran
F Menjernihkan hal-hal yang miskonsepsional
Refleksi
terhadap hal-hal yang tidak sesuai konsep/ prinsip permainan drama
tentang memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi,
penghayatan, dan ekspresi yang
tepat
F Menyuruh peserta didik untuk melanjutkan
permainan/simulasi
Mengamati kelanjutan
simulasi / permainan drama tentang memerankan
tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang benar
F Memberikan Komentar tentang simulasi/
permainan drama dan menganalisis proses
-Mengenai kejadian atau persepsi yang timbul selama
simulasi/ permainan drama tentang memerankan
tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang benar
-Mengenai
kesulitan dan wawasan para pemeran tentang naskah memerankan
tokoh drama dengan lafal dan intonasi yang benar
|
(1) Siswa melakukan proses
simulasi/permainan drama.
(2) Siswa melakukan umpan balik dan
evaluasi dari penampilan si pemeran.
(3) Siswa memperoleh penjernihan dari
hal-hal yang miskonsepsional.
(4) Siswa melanjutkan permainan/simulasi.
(5) Siswa memperoleh komentar dari guru
tentang simulasi/permainan yang telah dilakukan.
|
2
menit
3
menit
3
menit
7,5
menit
3,5 menit
|
5
|
Pembentukan Sikap dan Perilaku
F Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata
dan mengkaitkan dengan isi pelajaran
Memberi
penguatan atas manfaat bersimulasi
|
(1) Siswa mengetahui manfaat bersimulasi
dengan percaya diri, kreatif, berani, kerja keras, dan menghargai.
|
3
menit
|
6
|
Penilaian
F Daftar pertanyaan
F Tes simulasi
|
(1) Siswa mengerjakan soal dari daftar
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
(2) Siswa melakukan simulasi/permainan
drama (ket: simulasi dilakukan pada kegiatan inti)
|
4
menit
4
menit
|
B. Analisis Kritis Penerapan Metode
Pembelajaran Simulasi
Metode simulasi sebagai
metode mengajar merupakan kegiatan untuk menirukan suatu perbuatan atau
kegiatan. Peniruan tersebut hanyalah bersifat pura-pura, namun dapat
memperjelas materi pelajaran yang besangkutan. Agar simulasi terlaksana
dengan lancar,maka kepada para siswa perlu diberi petunjuk tentang bagaimana
prosedur yang akan dilakukan,dan bagaimana gambaran situasi yang diinginkan.
Topik hendaknya disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan siswa.
Penentuan topik dirundingkan oleh guru dan siswa. Simulasi dilakukan oleh
kelompok siswa.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Dengan berakhirnya pembahasan ini,
maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Metode
pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan
belajar sehingga apa yang di sampaikan guru dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik dan mengkhususkan aktivitas dimana guru dan siswa terlibat dalam proses
pembelajaran berlangsung.
2.
Simulasi adalah satu metode pelatihan yang
memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan (imakan) yang mirip dengan keadaan
yang sesungguhnya, simulasi penggambaran suatu sistem atau proses dengan
peragaan memakai model statistik atau pemeran.
3.
Cara penerapan metode simulasi melewati
beberapa tahap yaitu
Tahap pertama :
Orientasi
Tahap kedua :
Latihan Partisipasi
Tahap ketiga : Pelaksanaan simulasi
Tahap keempat :Wawancara Partisipan (Satu atau
beberapa aktivitas berikutnya)
Tahap-tahap ini bisa direalisasikan
melalui RPP
B.
Saran
Adapun penulis dengan ini menyarankan kepada pembaca untuk :
1.
Kepada para pendidik disarankan
untuk menggunakan berbagai macam metode dalam pembelajaran serta mengetahui
kelemahan dan kelebihan masing-masing dari metode tersebut, sehingga mampu
membandingkan pembelajaran yang tepat bagi siswa tertentu, karena cara
penyerapan belajar siswa yang cenderung berbeda-beda maka dari itu, ini
merupakan strategi yang tepat untuk menumbuhkan minat peserta didik pada
pembelajaran.
2.
Kepada para pendidik disarankan
untuk menggunakan metode yang inovatif dan menyenangkan bagi siswa, banyak
model pembelajaran yang menyenangkan yang dapat dipergunakan pembelajar untuk
melakukan proses pembelajaran, namun untuk kegiatan pembelajaran dengan pokok
bahasan lebih banyak kearah psikomotor, akan lebih baik menggunakan model
pembelajaran simulasi ini.
3.
Kepada para pendidik disarankan
untuk mengarahkan dan mengefektifkan waktu se-efesien mungkin, karena terkadang
karena rasa malu dan ketidak seriusan anak dalam berperan menjadikan kegiatan
pembelajaran kurang efektif sehingga menimbulkan pembelajaran tidak
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Gintings,Abdorrakhman.
2010. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.
Joyce,Weil,dkk.
2009. Models Of Teaching Model-Model Pengajaran (Edisi Delapan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid,Abdul. 2013. Strategi
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
https://andrenalin1991.wordpress.com/2010/11/07/perbedaan-daftar-pustaka-catatan-kaki-dan-kutipan.[9
September 2014, 5:55 PM]
http://carapedia.com/pengertian_definisi_metode_menurut_para_ahli_info497.html.[8 November 2014,
6:21:22 AM]
http://lenterakecil.com/pengertian-metode-simulasi/.[4 Oktober 2014, 4:56:37 AM]
http://uki-sukrianto.blogspot.com/2012/05/penelitian-deskriptif-menurut-whitney.html.[9
September 2014, 4:42 PM]


Tidak ada komentar:
Posting Komentar